• Menu
  • Menu

Tiga Penginapan Berbeda saat Liburan Musim Dingin: Kansai

Sabtu, 28 Desember 2013 teman saya Sidik datang ke Toyohashi ketika hari mulai gelap. Jadwal ini agak mundur dari rencana karena konsep abstrak yang sulit dilawan di pagi hari Jepang saat musim dingin: dingin. Selimut adalah sahabat. Kami sudah merencanakan untuk keliling Jepang dengan tiket murah 18 Kippu dari tahun lalu, sebelum kejelasan bahwa kami akan ke Jepang sampai. Yah, bisa dibilang impian kami lah. Dan berdasarkan diskusi singkat, daerah Kansai sebagai pusat budaya Jepang jadi tujuan pertama kami musim dingin ini. Note: Paragraf ini adalah review, cerita prolog penuh dapat dibaca di prolog rangkaian artikel Liburan Musim Dingin: Kansai ini di Semangat Jiwa Muda, Seishun 18 Kippu ~ Liburan Musim Dingin: Kansai.

Kami belum merencanakan apa-apa saat bertemu itu. Hotel. Itinerari. Daftar situs yg mau dilihat. Tahunya cuma 18 Kippu itu untuk lima hari dan bisa naik kereta lokal JR manapun aja. Malamnya barulah kami mikir detail perjalanan yang bisa dilihat di artikel prolog tadi. Setelah itu, pukul 11 malam lewat kami baru mengubek-ubek situs perhotelan untuk memesan penginapan.

Menurut beberapa sempai, saat 18 Kippu mereka biasanya menginap di tempat karaoke, atau masjid yg boleh menginap, atau stasiun. Berhubung ini musim dingin tak mungkin lah kami tidur di luar. Daerah Kansai juga gak kenal sama pengurus masjidnya, nekat juga kalau datang dan tiba-tiba nggak boleh tidur disana kan. Tempat karaoke juga cuma berdua kayaknya aneh dan tetap mahal. Kalau Kansai, katanya yg paling murah menginap di Osaka katanya. Kota ini juga di tengah-tengah tiga kota lain: Kobe, Nara, Kyoto. Jadi kami pun fokus untuk mencari hotel disana.

Situs yg jadi andalan kami adalah expedia.co.jp, agoda.com, dan japanican.com. Kata mbak yg merekomendasikan saya untuk menginap di Osaka, situs booking.com juga bagus. Bisa booking dulu tanpa harus bayar katanya, dan bisa di-cancel gratis kalau-kalau ada kejadian tertentu. Setelah kami cek, kayaknya situs lain kurang lebih menawarkan hal yang sama, jadi ya kami nyari di situs sana juga.

Setelah sedikit membandingkan, kayaknya memang Osaka lebih murah dibanding tiga kota lain. Menurut rencana jadwal yg barusan kami cetuskan, kami ingin malam tahun baru di Kyoto. Karena Kyoto adalah pusat budaya Jepang dalam 1000 tahun ke belakang, pasti malam tahun baru disana yg paling seru. Jadi kalau bisa, untuk hari pertama dan kedua kami menginap di Osaka dan hari ketiga pindah ke Kyoto.

Setelah mengubek-ubek situs perhotelan tadi, kami peroleh hotel termurah di Osaka, Hotel Taiyou. Kami dapatkan 6600 Yen untuk dua hari. Kamar double non-smoking. Berarti sehari per orang kami membayar 1650 yen, cukup masuk akal, bukan? Oke deh, cepat-cepat di booking supaya bisa tidur dan besok tidak bangun kesiangan lagi. Harus sampai di Kyoto siang soalnya, supaya puas mainnya.

Setelah main di Arashiyama, Kyoto, kami pun beranjak ke Osaka dan menuju daerah Nishinari-ku. Agak jauh dari stasiun Osaka, harus naik kereta lagi di jalur Osaka Main Loop selama setengah jam. Kemudian jalan kaki lagi dari stasiun setempat ke hotel sekitar 10 menit. Ah, ketemu juga. Pukul delapan lewat, dengan rasa lapar, kami sampai di Hotel Taiyou.

Hotel Taiyou, Osaka ~ Malam Pertama Perjalanan

Dengan pede, kami ke resepsionis dan bilang mou youyakusimasita, expedia kara desu. Sudah pesan, dari expedia. Mbaknya pun membuka catatan, dan mengernyitkan mukanya. Loh, kok gak ada ya dari expedia. Kami pun mengeluarkan lembar bukti pemesanan yg sudah kami simpan di dropbox hape. Eh iya, tapi kok gak ada pemberitahuan ya, kata mbaknya. Lima menit ngecek dan bingung, mbaknya pun meneliti kembali bukti pemesanan tadi. Tanggalnya benar tanggal 29. Bulannya? Januari 2014. Oh my…

Kami bertiga pun tertawa. Dan bingung. Duh, gimana nih… Hotel lain juga belum tentu masih kosong.

Mbaknya bilang, pokoknya yg ini dibatalkan aja. Ntar saya carikan ada ruang sisa nggak disini. Ternyata ada tapi dua ruang single. Salah satunya smoking pula, Harganya 2300 Yen semalam, lebih mahal. Ya udah deh, cek dulu kamarnya. Yang dekat di lantai satu kami cek dulu, bau rokoknya minta ampun gan. Bekas pengunjung berikutnya… Komplen, kami pun gak jadi dan dicarikan kamar lain.

Ternyata ada kamar double yg spesial reserve banget untuk tamu istimewa katanya. Namun, karena kami darurat banget jadi nggak papa deh. Karena double, harganya 4600 yen semalam. Dibagi dua sama dengan kamar single tadi sih. Hanya saja kamar ini cuma ada malam ini aja, malam besok sudah dibook orang. Harus ganti kamar kalau mau.

Daripada tidur di kebun binatang, kami mau saja. Setidaknya untuk malam ini. Cek kamar dan aman dari asap rokok, kami iyakan saja.

Setelah masuk kamar kami buru-buru buka laptop dan mencari hotel yg lain lagi untuk besok dan lusa. Kenapa? Mumpun masih ada kesempatan. Ternyata hotel ini agak jauh kan dari pusat kota. Dan setelah kami lihat, perawakannya tidak begitu nyaman. Hotel biasa saja lah, mungkin bintang dua.

Kami dapat di kamar lantai dua. Fasilitas di kamar biasa saja. AC-nya tidak begitu hangat. Bangun pagi masih kedinginan saya. Tivinya jelek, cembung, dan kresek-kresek. Bantalnya kayak bantal kecil isi batu kerikil gaya Jepang tradisional itu. Tidak diberi minuman, dan tidak ada perlengkapan untuk membuat air hangat, alih-alih kulkas. Kalau mau minum harus ke lobi di lantai satu, ada dispenser.

Kamar mandi di dalam kamar tidak ada. Di dalam kamar hanya ada toilet saja, masih toilet duduk biasa tanpa semprotan air. Kamar mandi ada di luar. Kamar mandi terbuka umum yg mandinya telanjang bareng-bareng itu. Jam untuk wanita dan pria bergantian pagi dan malam. Ada juga kamar mandi shower satu buah per lantai. Jadi gantian kalau mau mandi shower.

Jauh, mahal, dan fasilitas tidak sebanding, meskipun mbaknya dewi penyelamat kami domba yg teledor ini, kami pun mencari hotel lain untuk besok dan lusa. Ternyata memang banyak hotel lain yg menawarkan fasilitas lebih wah dan lebih dekat dengan pusat kota. Harganya juga hanya beda 1000 yen. Cuma beda 500 yen per orang kan akhirnya! Harga satu kali makan itu.

Kamar Hari Kedua Kami
Gambaran kamar yang harganya 1000 yen lebih mahal dari Hotel Pertama kami tadi

Memang kamar yg ditawarkan bukan kamar double, mahal kalau double. Adanya mungkin twin, kalau mau berdua. Lumayan lah, cuma buat tidur doang juga kan. Kamarnya memang lebih kecil sih tapi fasilitasnya lebih memuaskan. Setidaknya menurut foto.

Untuk hari ketiga, rencana kami menginap di Kyoto juga gagal. Karena harganya gak ketulungan. Lebih dari 10.000 yen semua per malam. Gile lu ndro… Akhirnya, kami melupakan ide untuk malam tahun baruan di Kyoto. Hiks…

Nah, kami pun mencari hotel yg bisa menginap dua hari tanggal 30 dan 31 Desember malam. Supaya gak repot-repot pindah-pindah barang kan… Dapet hotel tapi siangnya masih harus bawa-bawa barang, nggak asyik juga. Kurang beruntungnya kami, sudah pada full booked semua. Yah ngeceknya sehari sebelumnya, it’s expected.

Pilihan pertama kami jatuh di Hotel Osaka Garden Palace, dekat stasiun Shin-Osaka menurut GoogleMap. Namun, kamar tanggal 30 dan 31 merupakan kamar yg berbeda. Nggak ada kamar yang sama tapi dua hari gitu. Jadinya, tetap aja kayaknya barangnya harus digotong-gotong kan. Kecuali kalau hotelnya mau servis. Salah satunya kamar smoking lagi. Hmm…

Setelah dipikir-pikir, kami sekalian aja mencari hotel yg berbeda di hari ketiga. Hitung-hitung sekalian nambah pengalamaan, lihat-lihat hotel. Hari ketiga, malam tahun baru, kami memesan di Toyoko-Inn, dekat Osaka Tenmangu Temple. Mungkin malamnya ada acara bagus disana. Dan kayaknya dekat stasiun juga (ternyata nggak dekat!, salah liat peta kami).

Hotel Osaka Garden Palace

Hotel Osaka Garden Palace ini berlokasi tepat di belakang stasiun Shin-Osaka. Sekitar 10 menit jalan kaki dari stasiun pusat kota ini. Kami berjalan kesini setelah mengitari Osaka Aquarium Kaiyukan dan Naik Bianglala. Hotelnya gede juga, gedung bertingkat super tinggi. Dari jauh sudah terlihat.

2631759-Osaka-Garden-Palace-Hotel-Exterior-1-DEF

Kami sampai hampir pukul 10 malam. Dan memang, jauh berbeda sekali hotelnya dengan Hotel Taiyou tadi. Lobinya oy, fancy… Hotel mewah nih…

Kalau Hotel Taiyou tadi lobinya sempit kayak lobi asrama mahasiswa biasa lah, dengan kursi dan meja kecil. Resepsionisnya juga sederhana…

Kalau Hotel Osaka Garden Palace ini… Namanya aja sudah mencerminkan. Sasuga palace…

Kami jadi merasa sangat rugi sudah menginap di Hotel Taiyou malam sebelumnya. Cuma 1000 yen sih bedanya. Kami mendapatkan kamar semidouble non-smoking seharga 5600 yen per malam.

Kamarnya juga mantab. Hangat pol. Kami dapat kamar di lantai 11. Liftnya cepet juga gan… Sayangnya kayaknya staf disini tidak jago berbahasa Inggris. Setidaknya itu kesan saya, karena mereka nggak nangkep saat saya bilang Resident Card (Japanese: Zairyuu Kaado). Beda dengan mbak di Hotel Taiyou tadi. Walaupun nggak pake jas, Inggrisnya lancar dan sangat membantu kami.

Kembali ke kamar yang hangat. Disini pake jaket kayaknya nggak perlu. Nyaman. Anget banget. Panas malah. Sampai heran kami, kok bisa… Padahal belum nyalain AC apa-apa, sepertinya. Dihidupin AC-nya malah segar untuk mendinginkan. AC yang pendingin seperti di Indonesia, bukan AC yang ada fasilitas danbounya.

IMG_1984
Kamar Hotel Osaka Garden Palace yg kami inapi

Tivinya layar tipis dong. Banyak channelnya… Kamar mandi dalam. Toilet canggih. Ada pemanas air dan dapat teh dan kopi. Jauh lebih nyaman 180 derajat dibanding kamar sebelumnya.

Belum lagi, paginya, kami diantar ke stasiun naik bis. Gratis! Sekitar pukul 8 kami keluar dan sudah ada bus yang ngetem di luar. Kami di-escort masuk ke bus dan sesaat kemudian, setelah melihat tidak ada pengunjung hotle yg keluar dari lobi, bus pun beranjak. Kami tidak perlu lagi berlelah-lelah jalan dan nyasar menuju stasiun gan!

Semua penambahan fasilitas di atas hanya dengan perbedaan 1000 yen. Hmm…

Hotel Ketiga – Toyoko Inn di daerah Tenmanggu

Hotel di hari ketiga kami adalah Toyoko Inn. Dari fotonya lumayan bagus, sebelas dua belas sama Osaka Garden Palace lah. Harganya lebih mahal tapi. Maklum malam tahun baru. Hotel lain lebih mahal lagi sih. Kami dapat kamar double dengan harga 7480 Yen.

Kami beranjak dari Nara (pada hari ketiga) ke Osaka sekitar pukul 7 pagi. Osaka – Nara cukup jauh, sekitar 40 menit. Saat pulang, saya baru sadar kalau dari tadi ada yang menelponi. Nomor tak dikenal. Bukan nomor mobile phone sepertinya. Awal-awal saya cuekin aja, soalnya beberapa kali dapet telpon salah sambung. Tapi kepikiran juga, nomer rumah sih. Terus terlintas di kepala dan saya cek ke lembar pemesanan hotel. Ternyata si Toyoko Inn yg menelpon.

Kami sih memang mengeset untuk check-in pukul 4 sore. Mungkin mereka khawatir kali ya, kok nggak dateng-dateng ini dua orang. Sampai jam 9.30, mereka menelepon lagi. Nggak sempet diangkat. Soalnya udah tinggal seratus meter lagi kami sampai kesana.

Letak ini hotel lebih jauh dari yg kami bayangkan. Soalnya, saat awal-awal kami melihat ada plang Hotel Toyoko Inn di dekat stasiun Osaka. Mantab kan kalau gitu. Dan kami tenang-tenang saja sampai ke hari H – 31 Desember ini. Eh, ternyata bukan hotel yg ini, ada Toyoko Inn yg lain lagi. Harus naik kereta lagi sekali dan jalan agak jauh. Untungnya tadi pagi sudah pernah lewat jalur ini ke Tenmangu Temple.

Hotel Toyoko Inn (yg kami kunjungi) memiliki gedung yg lebih kecil dibanding Osaka Garden Palace (yg di depan stasiun, Toyoko Inn-nya lebih besar tapi). Lebarnya juga tidak seberapa, dan lobinya juga ukuran sedang. Tidak segrand Osaka Garden Palace. Yah, mungkin cuma selebar selasar hijaunya masjid salman. Sekitar 1,5x bus standar lah. Tidak terlalu mewah juga…

Kalau di Osaka Garden Palace, kami cuma dapet kunci terus melenggang aja ke kamar. Like a boss. Disini kami disuruh bayar di tempat. Cash. Baru kemudian diberi kunci dan penjelasan kalau yukata ada di bawah sini. Agak aneh juga, kenapa nggak ditaruh di lemari kamar Yukatanya.

Kami dapat kamar lantai 7. Cukup bagus juga. Kasurnya lebih lebar dibanding yg di Osaka Garden Palace, double soalnya. Tapi double-nya tidak terpisah, double yg satu ranjang. Fasilitas kurang lebih sama dengan Osaka Garden Palace. Cuma tidak sehangat itu, perlu hidupin danbou (pemanas) dulu.

Namun disini fasilitasnya terasa lebih banyak. Pemanas airnya lebih bagus. Ada humidifier (tapi kami gak tahu cara makenya). Kayaknya juga channel tivinya juga lebih banyak dibanding Garden Palace.

Kami sampai di kamar pukul 10. Sudah capek. Tadinya niat sehabis shalat jama’ maghrib-isya mau keluar lagi kemana gitu liat suasana tahun baru di negeri orang. Eh, akhirnya kami cuma geletak di kasur. Nonton tv. Sayang juga udah ada fasilitas tapi gak ditonton. Ada acara jepang (lupa di stasiun apa) yg merayakan tahun baru. Kayak acara musik, tanding antara kubu artis satu dan artis lain. Penasaran aja sama acaranya… Dan akhirnya, kami gagal melihat realita tahun baru di dunia luar negeri orang.

Simpulan

Begitulah cerita kami saat berkeliling Kansai selama empat hari dan menginap di tiga hotel yang berbeda. Belagu. Atas kesalahan kecil salah memilih tanggal. Namun hikmahnya mungkin pengetahuan kami tentang cara memilih hotel jadi meningkat.

Misalnya fasilitas dan harga itu berbanding. Dan kadang, beda tipis untuk terbang dari bumi dan langit. Beda hotel juga beda pelayanan dan harga. Jadi kayaknya harus teliti sekali dalam memilih hotel ini. Hm… Pengalaman bagus untuk mengajak istri jalan-jalan kelak, *eh

Dari tiga hotel yang kami inapi, saya merekomendasikan Osaka Garden Palace. Karena lebih wah, lebih dekat dengan stasiun, dianterin naik bus, dan harganya yg seimbang.

Liburan Musim Dingin: Kansai

Artikel ini adalah bagian dari seri perjalanan kami saat musim dingin ke daerah Kansai, menggunakan tiket 18 kippu di Jepang. Berikut adalah keseluruhan perjalan tersebut.

  1. Kyoto: Arashiyama di Musim Dingin
  2. Kobe: Harborland, Bianglala, dan Museum Kapal
  3. Kobe: Shin-Kobe Ropeway dan Nunobiki Herb Garden
  4. Osaka: Makan Malam ala Xinjiang di Muqam dan Tabehoudai Bagus Resto
  5. Pusat Perbelanjaan Namba ~ Ternyata Jepang Bisa Kotor Juga
  6. Osaka Aquarium Kaiyukan dan Lagi-lagi Bianglala-la
  7. Tiga Penginapan Berbeda saat Liburan Musim Dingin: Kansai
  8. Enam Jam Berjalan Kaki Keliling Nara
  9. Kyoto: Fushimi Inari Taisha di Tahun Baru
  10. Kyoto: Kiyomizu Temple, Kuil Tanpa Paku Pun Sebatang

Tinggalkan Balasan