Puncak perjalanan 18 kippu ambisius Jalur Pantai Barat Jepang Kanazawa-Tottori plus Hiroshima ini bisa dibilang ada di Pulau Miyajima ini. Kami mendedikasikan satu hari penuh untuk eksplorasi pulau ini. Dan ternyata kurang! Saking mantabnya ini pulau, udah seharian muter-muter dan hampir habis terlibas badai salju pun, rasanya masih pengen kesini lagi.
Stasiun, Pelabuhan, Rusa, dan Desa
Jalur menuju Pulau Miyajima dari Kota Hiroshima telah ditulis lengkap di artikel Japan Guide: How to get to and around Miyajima berikut ini. Kami pun mengikuti situs ini di seluruh perjalanan kami.
Kami sampai di stasiun JR terdekat, Miyajimaguchi, cukup pagi. Pukul 9. Dari stasiun ke pelabuhan harus jalan kaki sekitar 10-15 menit. Pemandangan sekitar mainstream seperti pasar di Jepang pada umumnya, tetapi tidak membosankan karena dilatari oleh laut dan ornamen/plang yang unik di daerah ini.
Si stasiun digerbangi oleh Torii merah seperti di gambar kanan bawah.
Sesampainya, kami langsung mencari tempat berlabuh bersandar naik kapal (noriba itu bahasa Indonesia-nya apa ya?). Tak kami kira, sangat-sangat bejubel. Kami paham dari Liburan Musim Dingin 2014 silam sih. Dua tiga hari tahun baru itu bagi orang Jepang itu kayak hari Jumatnya orang kita. Yang tadinya masjid sepi, jadi padat merayap. Beda dengan lebaran tapi ya, nggak pulkam soalnya. Pulkamnya pas obon.Namun, nggak nyangka banyaknya segitu… Saking banyaknya orang, antri masuk kapal kira-kira hampir setengah jam. Ngerasa kayak lagi mudik di pelabuhan merak sih.
Di dalam kapal kami tidak bisa duduk. Namanya aja lagi musim hajinya orang Jepang… Namun, siapa yang mau duduk kalau pemandangan sekitarnya laut! Laut di Jepang lagi!!
Tidak begitu lama, daratan pulau seberang pun mulai terlihat. Tampak di kejauan pelabuhan Pulau Miyajima. Juga Itsukushima Shrine dan Torii-nya yang terkenal itu! Waktu itu pagi hari, jadi si Torii sedang tenggelam di lautan.
Setelah kapal merapat, penumpang berhamburan dari perut kapal. Disambut dengan jalur panjang berkanopi kayu sampai ke bangunan pelabuhan. Pelabuhan begitu ramai seperti halnya subway di tokyo saat rush hour.Oh ya, foto geladak kapal pas kami turun di galeri di bawah kayak keren gimana gitu ya. Kayak film action gitu.
Sampai di luar stasiun, yang pertama menyambut kami adalah cyka shika alias rusa. Mereka sedang bersantai-santai di bawah pohon. Lucu lucu… Beberapa ramah mendekati saat kita mengulurkan tangan, beberapa jutek parah memalingkan wajah saat kita mendekat.Yang saya sayangkan, mereka itu kan menjangan, kok nggak ada tanduknya. Mungkin karena masih kecil. Mungkin juga yang dewasa mencopot tanduknya, ditinggal di rumah. Kasihan dengan manusia-manusia pendatang yang lugu dan nggak tahu malu.
Kami langsung berkeliling mencari informasi dan tempat yang seru. Cari peta dan langsung menentukan rute paling asyik untuk eksplorasi.Akhirnya kami memutuskan untuk naik ke puncak Gunung Misen dulu, puncak tertinggi di pulau ini. Rencananya biar nggak capek ke atasnya naik pakai kereta gantung. Turunnya baru nanti jalan kaki, biar seru. Baru deh sorenya, pas pantai surut kami menjamahi Itsukushima Shrine dan si Torii yang di tengah laut tadi.
Ada beberapa jalur menuju kereta gantung dari pelabuhan Miyajima. Kami memilih jalur yang melewati rumah dan pertokoan. Jalannya tenang dan damai.Di jalan kami menemukan beberapa tempat menarik. Seperti kuil tua yang seutuhnya terbuat dari kayu di atas, Hokokujinjahoden namanya. Di dekatnya ada pagoda lima lantai.
Pedesaan dan pertokoan di sekitar pelabuhan dan jalur wisata (jalur yang manapun) juga worth it. Asyik gitu… Sayangnya waktu kami datang masih pagi sehinnga pertokoan masih pada belum buka.
Oh ya, yang membuat kami pengen naik gunung dulu adalah karena selain kami lebih menyukai wisata alam dan di pagi hari si Tori masih punya jadwal berendam, juga karena Itsukushima Shrine-nya puadat kayak ikan pepes. Ruamee parah!!Kami berharap, sore nanti para jemaah udah pada pulang sehingga kami bisa main sepuasnya. Anggapan yang kami tidak tahu seberapa salah hingga sore harinya.
Setelah keluar si desa di pinggir laut, mendaki bukit, melewati lembah (agak capek juga padahal belum naik ke puncaknya), kami mendapati daerah non-pemukiman yang bentuknya kayak taman. Lumayan juga.Ada jembatan merahnya juga! Jembatan merah, saikoo..
Tidak lama setelah bukit dan lembah tadi akhirnya sampai juga kami di stasiun kereta gantung. Satu setengah jam lebih mungkin kami berjalan kaki dari pelabuhan kesini. Saat itu kami sadar. Ternyata ada bus yang kesana! Gratis pula!!
Ya, nggak papa juga sih… Lebih seru jalan kaki sambil ngeliat banyak hal kan?! Dapat macam-macam tuh… Dari taman, temple, sampai pagoda. Pemandangan di jalan seru-lah!Atau kalau mau lebih seru, bisa memperbudak orang Jepang satu buat narik becak (literally ditarik lho ya). Mahal tapi keknya… Kasihan juga…
Tinggalkan Balasan