Di Osu Kannon ada kuil dan pusat perbelanjaan. Kuilnya sendiri besar dan merah meriah. Lumayan untuk difoto. Ada burung dara berkeliaran juga, kayak di pelm-pelm itu. Cuma ya itu, namanya kuil, banyak objek yg nggak paham saya.
Minggu 17 November 2013, saya kembali pergi ke kota besar terdekat dari Toyohashi, Nagoya. Kali ini murni untuk jalan-jalan. Rombongan kami waktu itu berenam: saya yg paling ganteng sendiri, dua lagi daun muda, dan tiga sisanya daun kelebihan kloroplas. (jk ^^)
Untuk memaksimalkan jalan-jalan, kami janjian di halte bus depan kampus (Gikadai-mae) jam 7 pagi. Menurut ukuran orang sini, ini sangat pagi loh. Mentari baru nongol pukul 6.35. Jika waktu saya ke Nagoya dulu kami nungguin satu senpai sampai setengah jam (melewatkan satu kloter bus) dan kesel karena nggak nongol-nongol dan nongol sesaat sebelum bus berangkat, kali ini hal yang sama terjadi dengan salah satu daun muda. bus sudah mau nutup pintu, baru nongol coat merah-merah dikejauhan.
Oke. Target kami ke Nagoya kali ini sebenarnya tidak ada. Pengennya sih jalan-jalan ke sebanyak mungkin tempat. Makanya berangkat pagi-pagi. Berikut peta wisata yang diperoleh dari situs japan-guide yang sudah disiapkan jauh-jauh hari.

Tujuan pertama kami adalah Osu Kannon, nama daerah disana. Si Kak Dewi dan Ibu Dina mau beli lensa kamera disana. Sekitar jam 9.30-an kami sampai di stasiun bawah tanah Osu Kannon. Oh ya, waktu itu kami membeli tiket komuter keliling Nagoya seharian seharga 600 yen. Jadi, kalau naik kereta lokal di hari itu nggak perlu bayar lagi. Kan ceritanya mau keliling-liling banyak…
Situs terkenal di Osu Kannon adalah Osu Kannon Temple. Sebuah kuil Buddha bersejarah yang didirikan dari tahun 1192. Tujuan beli lensa kamera ya di pasar di samping ini kuil. Sementara Kak Dewi dan Ibu Dina pergi ke toko kamera, kami melihat-lihat Osu Kannon Temple ini dulu.
Karena saya belum pernah liat kuil, lumayan gede dan bagus juga situs Osu Kannon ini. Cuma ya itu, yang bisa dilihat ya kuilnya aja. Mau ngapain lagi, masak ikutan pasang doa disana, dateng aja udah awkward gimana gitu. Suasana pagi itu masih sepi, belum banyak orang. Terdengar di langit suara yang dengung, kirain adzan.
Di salah satu pojokan taman di depan Osu Kannon Temple, terdapat air mancur yang suka ditongkrongi burung. Nggak tahu kandangnya dimana, pokoknya dara-dara itu berkeliaran dengan polosnya di tanah. Kayak di pelm-pelm itu loh. Burung bertongkrongan di tanah, air mancur, atap.
Kita bisa membeli makanan burung di dekat sana. Ambil satu mangkok dan masukin uang 50 yen ke kotak. Bukan vending machine tapi nggak ada penjaganya. Dekati burung lalu siap-siap deh dikerubungi para dara. Seru deh.
Waktu itu ada yang tiba-tiba terbang dan nongkrong di bahu kanan saya. Keren kan. Sayangnya para daun yang ikut waktu itu kurang cepat ambil fotonya… Lambat. Ahh! Nggak jadi dapet foto keren deh saya.
Naik ke atas, dari tangga, sudah mulai tercium bau menyan. Dan di atas, banyak objek-objek yang saya nggak ngerti. Coba perhatikan gambar di bawah. Di teras kan ada merah-merah besar tuh, digantung di atas. Itu ada isinya kertas-kertas gitu (gambar paling bawah kiri). Entah itu apa. ada juga kertas-kertas yang diikat-ikat jadi kayak tambang, jadi hiasan gitu. Kayaknya sih itu kertas doa atau permintaan dari pengunjung.
Lihat gambar paling bawah kanan, ada kotak gitu, isinya kertas. Nah itu adalah ramalan. Jadi bayar 200 yen, ambil satu kertas secara acak, dan tada… Anda tahu nasib Anda. Oh ya, ada beberapa wahana kayak gini di ruang dalam ini. Ada yang vending maching, ada yang manual gini. Nggak ngerti juga.
Lalu, ada lilin di dalam. Beberapa orang saya lihat mengambil lilinnya dan menaruh lagi di sebuah etalase yang isinya lilin berderet. Nggak tahu tuh.
Oh ya di dalam ada toko jualan jimat juga. Bagus sih buat oleh-oleh, sekilas mirip gantungan kunci gitu-gitu. Nggak tahunya jimat, ada kanji mamori (守) nya soalnya. Waktu itu saya nggak tahu lagi perlu jimat apa. Pekerjaan? Belajar? Cinta? Kejujuran? Kayaknya lancar semua… Jadi nggak beli dah. 😀
Dari atas pemandangan cukup bagus. Kayak melihat dari lantai tiga gedung, kira-kira setinggi itulah area dalam kuil ini. Sayangnya saya nggak nemu boboho atau krilin. Pengen lihat padahal. Mungkin lagi di dalam, latihan ngangkat ember bocor dari bawah kali ya.
Dan setelah bosen di kuil itu, kami ngesot ke pusat perbelanjaan di sebelah. Waktu sudah menunjukkan sekitar jam 10.20-an. Tadinya satu artikel ini mau saya gabungkan dengan cerita jalan-jalan di pasar ini. Toh jalan di pasar (walaupun ternyata sangat memakan waktu) isinya ya gitu doang. Barang jualan. Namanya juga pasar.
Namun apa boleh buat, ternyata sudah sepanjang ini ya (cek sidebar halaman —>)…
Saya pisah jadi dua artikel saja kalau begitu. Simak cerita lanjutannya ya, Nagoya: Pusat Perbelanjaan Osu Kannon…
[…] akhir dari jalan-jalan kami ke Nagoya waktu itu. Hanya sempat mengunjungi dua tempat ternyata: Osu Kannon dan Nagoya […]