• Menu
  • Menu

Kyoto: Fushimi Inari Taisha di Tahun Baru 2014

Ribuan gerbang tori berwarna oranye berderet di Kuil Fushimi Inari, dari kaku gunung hingga ke atas puncak.

Dewa Inari adalah dewa Jepang yang terkenal. Hampir setiap daerah punya kuil untuk dewa ini. Ukanomitama: dewa rubah, dewa kesuburan, dewa kesejahteraan (dan keadilan?).  Di antar semua kuil itu, kuil Inari di Fushimi adalah yang paling terkenal. Head-shrine, bosnya, dan yang paling wajib dikunjungi wisatawan. Terutama karena terdapat seribu gerbang yang terpancang di daerah kuil ini. Gerbang yang dimaksud alias torii adalah lambang jinja, kuil Shinto, berjejer mengikuti jalan setapak menuju ke puncak bukit nan jauh disana.

Hari keempat dan terakhir saya 18 Kippuan Musim Dingin lalu ditujukan untuk menjelajahi Kyoto. Salah satunya yang tak boleh dilewatkan adalah situs ini tentunya. Hari ini bertepatan dengan pergantian kalender bagi banyak orang. Ya, 1 Januari 2014. Pagi pukul 10an kami berangkat. Situs ini hanya berjaran 5 menit dari stasiun Kyoto. Sekali ngesot dengan kereta lokal. Waktu kami beranjak, platform ke arah Fushimi Inari puadat sekali. Harus kesana dengan mode dendeng, berdiri berdesakan di dalam kereta.

Dan, sampai di stasiun kereta di Fushini tepat di depan pintu utama kuil Inari Taisha wuooo… Semua petugas stasius seperti panik. Menghadapi derasnya arus manusia yg keluar masuk stasiun. Semua sistem otomatis tidak lagi digunakan, kurang mesin soalnya. Tiket langsung diserahan ke seseorang berseragam dan langsung saya keluar stasiun. Situasi tampak sangat-sangat riweh.

Dan sampai di depan stasiun, depan koridor utama Fushimi Inari Taisha, lautan manusia menghadang kami. Jadi kayak di film-film atau anime-anime saat tokohnya main ke sebuag festival itu: kalau nggak pegangan tangan bisa terpisah dari rombongan. Pas buat alasan megang tangan inceran. Note: saya nggak pegangan tangan sama teman seperjalanan saya waktu itu ya.

Kenapa ramai? Saya juga nggak begitu lain. Mungkin musim hajinya Jepang ini kali ya. Mereka pada keluar “beribadah” pada saat tahun baru. Mengunjungi dewa-dewa pilihan untuk berdoa supaya tahun ini begini begini begini.

Karena banyak orang, di pinggir jalan baik dalam kuil maupun luar kuil banyak yang jualan. Baunya wah bikin perut ngiler (bisa perut ngiler?). Sayang, makanannya tidak dijamin aman dimakan, hmm…

Kami juga ingin melihat langsung seribu torii yang jadi kekhususan si kuil sekaligus situs wisata ini. Untuk itu, kami mengikuti arus manusia dan setelah naik beberapa tangga akhirnya ketemua juga deretan awal dari entah ratusan atau ribuan torii yang berjejer hingga ke puncak bukit itu.

Mengikuti jalur torii ini, kami menemukan banyak shrine-shrine kecil yang sedang ada orang berdoanya. Kuburan-kuburan. Hingga sampai ke puncak sana. Seringkali jalur toriinya bercabang dan ukuran torii yang melingkupi lajur mengecil. Semakin puncak, semakin sepi pengujung.

Di puncak sana, katanya bisa lihat panorama kota Kyoto. Wah banget kayaknya. Sayangnya, waktu kami di hari terakhir ini sangat sempit dan sudah jam 12-an. Kami harus beranjak ke situs selanjutnya supaya puas jalan-jalannya. Akhirnya kami hanya berjalan sampai sepertiga atau setengah jalan.

Peta Kawasan Fushimi Inari
Peta Kawasan Fushimi Inari

Torii yang banyaknya ribuan disini terdiri dari beragam ukuran. Ada yang besar, ada yang besar banget, ada yang sedang. Torii ini sebenarnya berfungsi sebagai gerbang. Gerbang dewa masuk ke rumahnya (alias kuil). Makanya torii biasanya dipancang di depan kuil-kuil.

Nah, di Fushimi Inari ini jadi nggak berfungsi gerbang lagi deh. Kayak koridor pejalanan kaki gitu, cuma kalau hujan ya tetap kehujanan. Atasnya kan nggak water proof.

Ribuan torii yang terdapat di Fushimi Inari ini disumbangkan oleh jemaah. Biasanya orang kaya atau perusahaan tertentu, bisa juga urunan. Setiap torii terdapat ukiran kapan torii itu dibangun dan disumbangkan oleh siapa. Semakin besar kita menyumbang tentu semakin raksasa torii yang dibangun.

Harga sumbangan torii di Fushimi Inari
Harga sumbangan torii

Nomor 5 mahal banget kan ya? Kalau kita cuma punya uang 1000 atau 2000 yen bisa juga nyumbang kok. Entar dapat langsung yang unyu. Harganya bisa dicek di foto di bawah. Torii kecil ini bisa ditaruh di pinggir jalan, samping shrine, atau kuburan (yang ini gak tahu diletakkan sendiri sama penyumbang atau pengelola). Uangnya selain buat gerbang ini buat diapain juga nggak tahu saya.

Kawasan Fushimi Inari ini sangat luas dan tidak bisa dijelajahi dalam waktu 2 jam saja. Jalur ribuan torii nya sesuai dengan yang dirumorkan, begitu mengesankan. Kalau mau sekalian hiking, bagus sekali untuk datang di situs ini. Saya lihat juga banyak juga dewa lain yang “di-host” di kuil ini, waktu itu banyak antrian disana sini di depan gedung tertentu. Kalau capek ya cukup di daerah pelataran depannya juga bisa. Tapi ya yang dilihat cuma altar dan semacamnya.

Begitulah.

SELANJUTNYA: Kyoto: Kiyomizu Temple, Kuil Tanpa Paku Pun Sebatang 

Liburan Musim Dingin: Kansai

Artikel ini adalah bagian dari seri perjalanan kami saat musim dingin ke daerah Kansai, menggunakan tiket 18 kippu di Jepang. Berikut adalah keseluruhan perjalan tersebut.

  1. Kyoto: Arashiyama di Musim Dingin
  2. Kobe: Harborland, Bianglala, dan Museum Kapal
  3. Kobe: Shin-Kobe Ropeway dan Nunobiki Herb Garden
  4. Osaka: Makan Malam ala Xinjiang di Muqam dan Tabehoudai Bagus Resto
  5. Pusat Perbelanjaan Namba ~ Ternyata Jepang Bisa Kotor Juga
  6. Osaka Aquarium Kaiyukan dan Lagi-lagi Bianglala-la
  7. Tiga Penginapan Berbeda saat Liburan Musim Dingin: Kansai
  8. Enam Jam Berjalan Kaki Keliling Nara
  9. Kyoto: Fushimi Inari Taisha di Tahun Baru
  10. Kyoto: Kiyomizu Temple, Kuil Tanpa Paku Pun Sebatang

Tinggalkan Balasan